GEMBILI ( Dioscorea esculenta )
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Sub class : Liliidae
Ordo : Dioscoreales
Family : Dioscoreaceae
Genus : Dioscorea
Species : Dioscorea esculenta
Gembili memiliki banyak nama, antara lain Lesser yam, Chinese yam, Asiatic yam (Inggris), ubi aung (Jawa Barat), ubi gembili (Jawa Tengah), kombili (Ambon). Tumbuhan terna memanjat dan dapat mencapai tinggi antara 3-5 m, seringkali berduri. Akar-akar pada tumbuhan liarnya berduri, pada tanaman budidaya seringkali tidak berduri. Setiap 1 tanaman terdapat 4-20 umbi; umbi tua berbentuk silinder, kadangkala berlobi, kulit lapisan luar coklat atau abu-abu-coklat, tipis, seringkali kasar; daging putih. Batang tegak, memanjat melingkar ke kiri, berduri di bagian dasar dan di bagian atas tidak berduri. Daun tunggal, berseling, menjantung, seringkali terdapat 2 duri di pangkal. Perbungaan jantan di ketiak, perbungaan betina melengkung ke bawah, bulir menyerupai tandan., soliter. Buah (sangat jarang ditemukan) kapsul, pipih. Biji bersayap membundar. Susunan senyawa umbi gembili bervariasi menurut spesies dan varietas menyatakan bahwa komponen terbesar dari umbi gembili adalah karbohidrat 27-33%.
Tempat tumbuh terbaiknya pada daerah dengan curah hujan 875 - 1750 mm per tahun, dengan suhu minimum 22oC. Penyebarannya menurun pada daerah bersuhu 35°C atau di atasnya. Penanaman sebaiknya di dataran rendah, namun di Himalaya pada ketinggian 900 m dpl dapat berhasil dengan baik. Pembentukan umbi ditentukan oleh kondisi optimum pada kondisi hari siang pendek, drainasi tanah dengan pH 5,5 – 6,5.
Ada bermacam-macam jenis gembili, yaitu : Gembili Gajah, Gembili Teropong, Gembili Legi, Gembili Srewot atau Gembili Wulung. Nama dari gembili menunjuk kepada bentuknya, misalnya gembili gajah berbentuk paling besar dibanding yang lain. Gembili teropong bentuknya bulat memanjang seperti teropong. Sedangkan gembili legi mempunyai bentuk paling kecil, tetapi rasanya paling enak, karena paling manis. Gembili srewot, permukaannya mempunyai rambut-rambut akar yang sangat banyak. Terakhir gembili wulung mempunyai umbi, batang dan daun berwarna ungu.
Perbanyakan dilakukan dengan umbinya. Masa dormansi umbinya sangat pendek. Umbinya ditanam pada gundukan tanah, punggung bukit atau pada tanah datar. Tumpang sari dengan tanaman budidaya lainnya umum dilakukan. Jika penanaman secara monokultur maka jarak tanam 100 cm x 50 cm. Pemeliharaan tanaman dengan cara menggemburkan tanah disekitarnya dan pemupukan dengan kompos dari daun-daunan. Penyiangan perlu dilakukan 2-3 kali dalam satu kali penanaman.
Pemanenan dilakukan setelah tanaman ini berumur lebih dari satu tahun. Biasanya masyarakat memanennya pada saat berumur 3 tahun. Apabila dibiarkan, umbinya akan tumbuh menjadi sangat besar, tetapi rasanya tidak seenak gembili yang dipanen pada waktunya.
Pemanfaatan Ubi Gembili
1. Konsumsi
Umbinya setelah dimasak atau dipanggang rasanya manis dan lezat, dimakan sebagai makanan tambahan.
2. Tepung
Umbinya dapat juga diekstrak menjadi tepung; seratnya halus dan mudah dicerna sehingga digunakan dalam menu penderita penyakit pencernaan. Parutan kasar umbinya digunakan sebagai tapel untuk obat pembengkakan , khususnya di kerongkongan.
3. Etanol
Pertama, umbi gembili dikupas, lalu dicuci bersih. Selanjutnya, umbi gembili tersebut dikukus sampai matang lalu tiriskan. Setelah dingin, umbi gembili dimasukkan ke dalam toples dan ditaburi ragi secara merata. Lalu, toples tersebut ditutup rapat selama 2-3 hari dalam keadaan anaerob (hampa udara atau tanpa ada oksigen). Berikutnya gembili yang telah difermentasikan dihaluskan dengan blender. Setelah halus, umbi tersebut disaring dan diambil sarinya. Selanjutnya, sari tersebut didistilasi sampai menghasilkan etanol. Akhirnya etanol gembili siap dipakai.